Pondok Pesantren (Ponpes) Bustanul Muta’allim di Desa Simbang Wetan, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, menggelar wisuda Amtsilati perdana, Sabtu malam, 28 Juni 2025.
Sembilan santriwati usia 13 tahun dinyatakan lulus setelah mampu membaca dan memahami kitab kuning, sebuah capaian membanggakan bagi ponpes yang baru berdiri.
Meskipun baru berdiri, Pondok Pesantren Bustanul Muta’allim di Desa Simbang Wetan, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, telah mencatat prestasi membanggakan.
Di bawah asuhan Ibu Nyai Hj. Nailis Suroyya dan Gus Muhammad Iqbal, ponpes ini berhasil meluluskan sembilan santriwati angkatan perdana yang telah khatam metode Amtsilati dan mampu membaca serta memahami kitab kuning karya para ulama salaf.
Metode Amtsilati sendiri merupakan metode cepat untuk mempelajari ilmu nahwu dan shorof, yang digagas oleh KH. Taufiqul Hakim, pengasuh Ponpes Darul Falah Amtsilati Bangsri, Jepara. Dalam waktu relatif singkat—antara enam bulan hingga satu tahun—santri dibimbing memahami struktur bahasa Arab klasik secara aplikatif dan efektif.
Gus Muhammad Iqbal mengungkapkan rasa syukurnya atas pencapaian para santri. “Yang membuat kami bangga, santri-santri ini masih berusia 13 tahun. Tapi mereka sudah mampu membaca kitab kuning dengan baik dan memahami isinya,” ujarnya dengan mata berbinar.
Di Ponpes Bustanul Muta’allim, para santri menjalani aktivitas belajar sejak pagi hingga malam hari. Selain pendidikan formal, mereka juga mendapatkan pembinaan agama secara intensif melalui pendidikan nonformal. Santri yang mondok di sini berasal dari berbagai daerah, mulai dari Simbang Wetan hingga Bekasi, Jawa Barat.
Puncak proses pembelajaran ini ditandai dengan ujian akhir membaca kitab kuning. Setelah dinyatakan lulus, sembilan santriwati mengikuti wisuda Amtsilati perdana yang berlangsung khidmat dan haru.
Momen paling emosional adalah saat para santri melakukan sungkeman—duduk bersimpuh di hadapan orang tua, meminta maaf, dan memohon doa restu.
Wisuda ini turut mendapat apresiasi dari Koordinator Amtsilati Jawa Tengah 3, Ustaz Muhammad Imam Muhajir. “Meskipun masih baru, Ponpes Bustanul Muta’allim sudah mampu meluluskan santriwati yang ahli dalam Al-Qur’an sekaligus mahir membaca kitab kuning. Ini awal yang luar biasa,” ungkapnya.
Sebagai informasi, wilayah koordinasi Amtsilati Jawa Tengah 3 meliputi Batang, Kota/Kabupaten Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap.
Menurut Ustaz Imam, semakin banyak lembaga pendidikan di wilayah ini yang mengadopsi metode Amtsilati sebagai bagian dari visi besar KH. Taufiqul Hakim: mencetak satu miliar santri Amtsilati di seluruh Indonesia.
Acara wisuda juga dihadiri para wali santri, tokoh agama, dan masyarakat sekitar. Ditutup dengan mauidhoh hasanah dan doa penutup, suasana terasa sakral dan menggugah.
Gus Muhammad Iqbal berharap ke depan semakin banyak santri yang belajar Amtsilati di Ponpes Bustanul Muta’allim. “Kami ingin menjadi bagian dari gerakan besar untuk mencerdaskan umat melalui pemahaman kitab kuning dan ilmu agama secara mendalam. Bismillah, ini baru permulaan,” pungkasnya penuh optimisme.
